BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20
tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi
tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi
menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun). (Behrman, dkk, 2004)
Masa remaja merupakan masa transisi
dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini individu mengalami perubahan kehidupan
dari anak-anak menuju dewasa dimana manusia mengalami perkembangan yang pesat
baik fisik, psikis maupun sosialnya yang diikuti dengan perkembangan emosional
yang tidak stabil. Masa remaja mempunyai arti penting bagi kehidupan sebagai
kontribusi terhadap kehidupannya di masa mendatang. Remaja tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
sama . Namun demikian, masa puber juga merupakan waktu yang rentan bagi remaja
mengingat remaja sedang mengalami gejolak seiring munculnya dorongan rasa ingin
tahu yang tinggi akibat seringnya bergaul dan berintegrasi dengan masyarakat
dewasa tetapi belum dapat mengimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat
pengetahuan yang memadai (Harlock, 2006
; BKKBN, 2004)
Remaja akan melewati 3 tahap kematangan
psikososial dan seksual, antara lain , masa remaja awal /dini (Early
adolescence) umur 11 - 13 tahun, masa remaja pertengahan (Middle adolescence)
umur 14 -16 tahun , dan yang terahir masa remaja lanjut (Late adolescence) umur
17 - 20 tahun. (Soetjiningsih,
2004).
WHO tahun 1995 menyebutkan bahwa sekitar
seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun dan pada tahun yang
sama Biro Pusat statistik mencatat populasi remaja Indonesia sebesar 30% dari
200 juta penduduk (Perdede, 2002). Tahun 2008, data profil kesehatan Indonesia
mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah sekitar 44
juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja
perempuan dan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Demak tahun 2009, ada 22, 4 %
dari jumlah penduduk Kabupaten Demak adalah remaja dengan umur antara 10-19
tahun dan 11,2% diantaranya adalah remaja putri (Depkes, 2008; BPS, 2009).
Remaja juga harus mengetahui apa itu kesehatan
reprodusi karena dari situlah remaja akan mudah memahami dan mengerti tanda-tanda
seks sekunder itu sendiri. Menurut Rohmawati,
2008 kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik
dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan pergaulan bebas dan kehamilan yang
tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS)
termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan, sedangkan
kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (BKKBN,
2008).
Era globalisasi komunikasi dan informasi
pada saat ini, mengakibatkan remaja dapat dengan mudah mengakses informasi dari
berbagai belahan dunia dengan corak budaya yang beraneka ragam, sehingga
peluang untuk memperoleh informasi yang bertentangan atau bertolak belakang
dengan budaya masyarakat. Dalam kondisi tersebut tanpa bimbingan dan
pendampingan yang memadai remaja akan mudah terpengaruh informasi yang
menyesatkan dan terbawa arus pergaulan yang tidak sehat, mengingat remaja belum
mempunyai saringan yang cukup kuat untuk menyaring berbagai informasi yang
diterimanya, juga belum mempunyai daya tangkal untuk menepis dominasi
lingkungan pergaulan, akibat kepribadian remaja yang masih labil dan tingkat
pengetahuan yang masih minim (WHO,
2004)
Dampak dari era globalisasi ditunjukkan
dari hasil Baseline Survey yang dilakukan oleh PILAR (Pusat Informasi dan
Layanan Remaja) PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa Barat pada tahun 2000
mengungkapkan 20,4% responden yang terdiri dari siswa sekolah menengah di Kota Banjar telah melakukan intercourse (hubungan intim) saat
berpacaran.
Aktivitas remaja dalam berpacaran
dikenal dengan istilah KNPI (kissing, necking, petting, intercouse) dan dari
perbuatan itu remaja akan mencoba dan tidak tahu dampak negatif sehingga remaja
sering sekali terjerumus (Christina, Ardhiyan 2007).
Dampak lainnya yang muncul dari
kenakalan remaja antara lain adalah tidak tahu bahaya yang muncul akibat
perbuatan tersebut salah satunya yaitu HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS yang ditemukan
dari tahun ke tahun pun kian meningkat. Menurut WHO (2007) jumlah penderita
AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus.
Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Depkes RI pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS
ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun
2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang (Depkes RI, 2008).
Kasus HIV/AIDS terbanyak ditemukan di Propinsi DKI
Jakarta dengan jumlah penderita HIV/AIDS
2.727
orang dan 440 diantaranya
meninggal dunia. Disusul propinsi lainnya yaitu Jawa Barat (2.603 kasus, 503
meninggal), Jawa Timur (2.525 kasus, 575 meninggal), Papua (2.294 kasus, 353
meninggal), Bali (869 kasus, 145 meninggal), Kalimantan Barat (730 kasus, 110 meninggal),
Sumatera Utara (670 kasus, 135 meninggal), Jawa Tengah (409 kasus, 171
meninggal), Riau (364 kasus, 116 meninggal), dan Kepulauan Riau (271 kasus, 114
meninggal).
Hingga Juni 2013 jumlah kasus HIV/AIDS
pada kelompok usia 15 – 19 tahun berjumlah 167 orang dan usia 20 – 29 tahun
berjumlah 1.225 orang. Sementara jumlah total semua usia adalah 4389 kasus
HIV/AIDS. Banyaknya jumlah remaja penderita HIV/AIDS diduga karena keterbatasan
akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya
pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan menyeluruh dikalangan remaja
berusia 15 – 24 tahun. Pada tahun 2010 – 2011 Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) menemukan sekitar 34% remaja putri dan 21% remaja pria berusia
15 – 24 tahun belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Dari Juni 2011 hingga
akhir Juni 2012 jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia adalah sebanyak 7098
kasus, benar-benar diluar dugaan, dalam kurun waktu satu tahun telah terjadi
peningkatan sebanyak 2709 kasus. (Depkes RI, 2013).
Dari 26 kota/kabupaten yang ada di Jawa
Barat, peringkat pertama kasus HIV/AIDS masih ditempati Kota Bandung, sedangkan
HIV/AIDS di Kota Banjar hingga akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 11 kasus dan
kumulatif seluruhnya terdapat 38 kasus HIV/AIDS yang terdeksi di Kota Banjar.
(dikutip dari http://www.pikiran-rakyat.com,
tanggal 21/02/2013 - 14:29)
Dari hasil pra survey yang telah penulis
lakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan lisan tentang HIV/AIDS, dari 10 orang
siswa/i yang diajukan pertanyaan, 60% dari mereka hanya bisa menjawab 2 – 3
pertanyaan dan 40%nya bisa menjawab 4 – 5 pertanyaan saja. Alasan mereka tidak
tahu karena mereka tidak pernah mendapatkan informasi dari sumber yang benar
dan tidak adanya tempat atau layanan khusus remaja dimana mereka bisa
menanyakan tentang hal-hal seperti itu.
Gambaran di atas mengindikasikan bahwa
pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja (KRR) masih rendah,
sebaiknya setiap remaja itu memperoleh informasi antara lain tentang pengenalan
alat, sistem, fungsi dan proses reproduksi, kehamilan tidak diinginkan,
penularan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS, pengaruh lingkungan
sosial dan media terhadap perilaku remaja, pelecehan tanggung seksual dan pornografi
serta porno aksi, kesetaraan dan keadilan gender, dan tanggung jawab remaja
terhadap keluarga. Pendekatan yang bisa dilakukan diantaranya melalui institusi
sekolah, sebagai institusi dalam pembentukan karakter siswa, sekolah juga
diharapkan mampu membangun komunikasi yang kondusif dengan siswa khususnya
tentang kesehatan reproduksi remaja. selain itu, kehidupan remaja juga
dipengaruhi oleh teman sebaya, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Perlu ditumbuhkan peer educator atau peer counselor sehingga dapat membahas dan
menangani permasalahan remaja termasuk kesehatan reproduksi (Anonim, 2004)
UU nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan mencantumkan tentang Kesehatan Reproduksi pada Bagian Keenam
pasal 71 sampai dengan pasal 77. Pada pasal 71 ayat 3 mengamanatkan bahwa
kesehatan reproduksi dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Setiap orang (termasuk remaja) berhak memperoleh
informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 72). Oleh sebab itu Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang
aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana (pasal
73). Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan
secara aman dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas, khususnya
reproduksi perempuan (pasal 74). (dikutip dari http://www.k4health.org,
tanggal
30/05/2013 - 14:00)
Dari latar belakang diatas maka penulis
tertarik untuk mengetahui “Gambaran
Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS) Sebagai
Prefentiv Melalui Metode Konseling di SMA
Negeri 1 Banjar”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran
Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS) Sebagai Prefentiv
Melalui Metode Konseling di SMA
Negeri 1 Banjar”.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian
ini adalah dapat mengetahui gambaran Gambaran
Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS) Sebagai
Prefentiv Melalui Metode Konseling di SMA
Negeri 1
Banjar.
2.
Tujuan Khusus
a.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang pengertian penyakit
menular (HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar.
b.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang penyebab penyakit
menular (HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar.
c.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang penularan penyakit
menular (HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar.
d.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang gejala dan
komplikasi penyakit menular (HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar.
e.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang dampak penyakit menular
(HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar.
f.
Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tentang penatalaksanaan
penyakit menular (HIV/AIDS) di SMAN 1 Banjar
D.
Keaslian
Penelitian
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan
oleh Alif Nurjanah (2012) dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang”. Peneliti ini menggunakan metode
dekskriptif. enelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Subyek
penelitian pada siswa-siswi SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang, sebanyak 89
orang responden. Teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Analisa data yang
digunakan adalah analisis univariat. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang
2011-2012 yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 54 orang (60,7%), cukup
sebanyak 31 orang (38,8%) dan kurang sebanyak 3 orang (3,8%). Masyarakat
khususnya pelajar atau remaja diharapkan lebih aktif mencari informasi yang
benar terutama tentang HIV/AIDS.
Pada
penelitian ini penulis mengambil judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang
Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS) Sebagai Prefentiv Melalui Metode Konseling
di SMA Negeri 1 Banjar” dengan menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan mempelajari
sampel pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian pengambilan sampel dengan
tekhnik teknik Accidental Sampling
yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di
suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
E.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Peneliti
Hasil
penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar
khususnya tentang HIV/AIDS.
2.
Bagi STIKes
Bina Putera Banjar
Penelitian
ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan menambah informasi mahasiswa
dalam melaksanakan asuhan kebidanan khususnya tentang HIV/AIDS.
3.
Bagi SMA
Negeri 1 Banjar
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran
dalam upaya peningkatan dan memperkaya pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
Obat herbal Dr. Imoloa yang luar biasa adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dymyme, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
ReplyDelete