Open top menu
Wednesday 3 July 2013

Klasik banget ya untuk membahas arti sahabat di jaman kayak gini. Rasanya sudah bukan masanya lagi terutama buat siapa saja yang sudah punya pengalaman hidup diatas 20 tahun. Atau bahkan untuk yang punya pengalaman hidup dibawah 20 tahun. Ya..siapapun lah, berapapun usianya sekarang, tetap saja, punya pengalaman masing-masing tentang hidup, pergaulann hidup, teman hidup dan lingkungan hidup.

Sesuai dengan pengalaman hidupku selama ini, jika ditanya tentang sahabat dan arti sahabat, sekarang ini, bingung dan tidak tau. Iyaa.. serius.. tidak tau, bahkan mungkin untuk saat ini, tidak ada sahabat. Semuanya sama, hanya teman biasa, teman bermain, teman - teman yang saling membutuhkan , saling menguntungkan. Yang saya rasakan ya itu, tidak ada teman yang tulus, tidak ada teman sejati, yang mana sering kebanyakan orang bilang dengan istilah ” Sahabat”. Benar…tidak ada istilah itu dalam kamus hidupku saat ini. Kasihan ya..?? Terserah deh apapun itu istilah untuk saya, tidak penting. Hemmm… atau karena saya yang terlalu menutup diri ya? Haahaa….

Memang, pengalaman saya ya itu yang akhirnya membuat saya berpikir demikian, berpikir tidak penting adanya seoarang sahabat. Pengalamanku adalah kisah hidupku 2 tahun yang lalu. Dan ceritanya adalah momen sebelum 2 tahun itu sendiri. Begini, saya pernah berada dipuncak posisi karier yang cukup mapan untuk ukuran orang seumuran saya saat itu. Untuk yang namanya soulmate, teman sejati, sahabat baik itu ada aja. Gampang dan hadir begitu saja. Apalagi teman yang hanya sekedar untuk menghilangkan rasa bosan, kantuk yang tak berarti, kejenuhan dalam pekerjaan, bete dan sebagainya. Behh.. mudah sekali. Dan ketika disalah satu momen kehidupanku saat itu, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang sudah sangat nyaman, sangat saya nikmati dan saya cintai dengan segala fasilitas yang ada dan dengan alasan pribadi saya , kemudian harus memulai segala sesuatunya dari NOL BESAR, harus menanggung segala resiko dan konsekuensi dari keputusan yang saya buat yang menyangkut masa depan saya itu.

Seketika itu juga, sesaat setelah keputusan besar saya buat, perlahan tapi pasti, saya merasakan kekosongan dan mulai kehilangan mereka- mereka itu. Satu persatu, meninggalkan aku, disaat aku sedang terpuruk dan jatuh tak berdaya. Disaat- saat Tuhan sedang mengujiku. Hingga akhirnya lagi, saya kemudian menutup diri, tidak berharap banyak, harus berbesar hati, melakukan sesuatu yang positif untuk hidupku, yang kemudian juga saya harus bangkit, harus berjuang, dan bekerja keras untuk kembali normal, kembali ke kehidupan nyata, menghadapi kenyataan pahit dan terima apa adanya. Tanpa siapapun, tanpa bantuan mereka, tiada yang mau datang mendengarkan isi hati, tiada yang menawarkan bantuan. Yang ada , mungkin hanya rasa belas kasihan, hanya iba terhadapa nasibku, mencibir dan berkata dalam hati, bodohnya saya, kenapa bisa buat keputusan seperti ini.

Benar, ini keputusan yang sangat amat besar, keputusan yang luar biasa besar resikonya. Tapi hanya Tuhan dan saya saja yang tau semuanya, yang tau jelas duduk permasalahan hati ini. Dan yang lainnya, tidak akan mengerti karena mereka sama sekali tidak mau mengerti, tidak mau datang memahami hatiku. Lha… hanya sebatas teman. Untuk apa serepot itu???

Untunglah, keluarga yang selama ini, selalu memberiku dukungan dan semangat luar biasa. Keluargakulah yang memberiku nyawa kembali, keluargaku jugalah yang menjadi tempat peraduan dan tempat berlindung. Dan sekarang, puji syukur kepada Tuhan, kehidupanku mulai membaik, mulai merangkak naik. Semoga semakin hari semakin baik.

Karena itu semua, menurut saya, tidak ada yang namanya sahabat, tidak ada yang namanya teman sejati. Yang ada hanya teman yang saling menguntungkan. Teman yang saling membutuhkan jika ada keperluan. Maap untuk teman - temanku jika sampai akhirnya saya harus mempunyai pemikiran seperti ini. Saya juga tidak tau kenapa dan apa yang terjadi saat itu? Apakah saya benar- benar ditinggalkan? Atau karena mereka juga mempunyai kesibukan tersendiri? Tapi jaman canggih sekarang ini, satu panggilan telepon untuk menanyakan kabar juga tidak bisa. Sudahlah, toh semua sudah berlalu, hidup tetap harus berlanjut, kehidupan tetap harus dijalani, ada atau tidak ada mereka, tetap harus menghadapi hidupku. Seperti pepatah, segala sesuatu itu datang dan pergi. Tidak ada yang abadi. Roda kehidupan juga terus berputar. Memulai hidup baru dengan orang baru, lingkungan baru, keadaan dan situasi baru, bertemu dengan hal- hal yang baru dan melakukan sesuatu yang baru. Semoga saja, satu hari, saya bisa menemukan kembali seorang sahabat, dan saya bisa mengerti sejatinya arti sahabat.

With Love,

Husin Peng


Tagged
Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 comments